Minggu, Maret 09, 2008

Syukur Membawa Nikmat...

Kamis, 06 Maret 08

Matahari sudah tinggi dan saya baru bangun (lagi), maklum semalam pulang jam 02.30 (kesempatan saat istri gak dirumah :) langsung masak air, nasi, dan ngisi bak. Gak terasa sudah jam 11 dan teringat ada jadwal ngisi ta'lim di SMUN I Tanjung Sari jam 14.00.

Sambil menunggu semua selesai, saya namatin buku Becoming a Money Magnet dan... Subhanallah, semoga Allah memberi keberkahan untuk penulis, penerbit, pedagang, dan seluruh makhluk yang telah membuat buku tersebut dapat dibaca. Asli, ah... tak terlukiskan. Subhanallah.

Disana disebutkan, keinginan yang kuat malah menghasilkan emosi memperbudak dan memancarkan energi yang lemah. Kaget, pantesan selama ini kalo punya keinginan yang menggebu gak jadi mulu. Tapi ada satu poin yang saya baca, kemauan menghasilkan kepasrahan dan energi yang besar (lengkapnya baca sendiri, bisi salah :)

Menarik lagi, syukur dan pasrah menghasilkan gelombang energi yang besar, berbanding terbalik dengan harap penuh cemas. Sampai pada satu topik, bagaimana memanfaatkan Becoming a Money Magnet. Itu yang saya tunggu dan... langsung praktek.

Biasanya, saya datang ke SMU jan 13.30 dan seluruh siswa sudah bubar. Bagi yang mengikuti ta'lim akan shalat dulu di masjid dekat sekolah dan balik lagi ke ruang kelas untuk ta'lim. Ruang kelas mana? Itulah yang -kadang- bikin saya kesel. Saya juga gak tahu ruang kelas mana? Biasanya saya datang menuju tempat parkir di halaman belakang (disana sudah kosong) dan langsung celingukan diantara makhluk-makhluk berseragam putih-abu. Jelas saya menarik perhatian dengan kostum motornya.

Nah, setelah membaca buku itu saya membayangkan masuk ke halaman sekolah dengan perlahan, lalu masuk lagi hingga di depan ruang guru (biasanya banyak motor, hebat kalo ada yang kosong karena guru & karyawan banyak yang belum pulang) dan memarkirkan motor disana! Masih dalam bayangan saya, seseorang menunggu saya sambil tersenyum manis dan menunjukkan ruang ta'lim. Tidak beberapa lama ta'lim dimulai dan saya membawakan materinya. Itu bayangan saya.

Pas selesai baca buku, saya ingat kalo cucian numpuk, jadi nyari baju dulu yang pas untuk ke ta'lim. Ketemu! Baju yang jarang saya pake. Setrika dulu & shalat, pas jam 14.00 saya berangkat, jelas ini terlambat. Sepanjang perjalanan entah kenapa saya bahagia, dzikir terus memuji Allah. Sampai beberapa ratus meter dari sekolah terbersit, "Masa sih? Bakal jadi gak ya?" Cepat-cepat saya istighfar dan dzikir lagi, melupakan lagi...

Tiba di sekolah, saya masuk melewati gerbang dengan kecepatan < 10 KM/jam dan terus masuk hingga melihat barisan motor terparkir di depan ruang guru menyamping dari arah saya. Saya gak tahu ada yang kosong atau tidak, tepatnya emang gak kepikiran. Dengan wajah polos tanpa dosa nyelonong terus dan... melewati 3 motor mau ke empat, ada ruang kosong yang cukup untuk motos saya. Persis!

Dengan coolnya saya buka helm sambil dalam hati bilang, "Seharusnya ada yang nyambut saya dengan sapaan manisnya, mana nih?" Saya masih tenang sambil membuka kostum motor dan... diseberang taman sana, 3 orang yang saya kenal sedang ngobrol dan salah duanya menengok ke arah saya. Tersenyum.

Dengan wajah jaim saya berjalan ke arah mereka dan bertanya, "Apa yang ditunggu?" Saya bertanya begitu karena memang sudah jam 14.30 dan kelas kosong, biasanya jam segitu dah dimulai. "Ini Kang, Kang Fery-nya belum datang. Dia yang mau ngisi" Anda tahu perasaan saya? Mempersiapkan ngisi ta'lim full dengan tampang sejaim-jaimnya dan... Kang Fery yang ngisi.

"Ya udah, suruh anak-anak masuk, dan kita segera mulai." Intstruksi saya dengan tetap menjaga kewibawaan. Ehm.
Satu per satu siswa dipanggil sambil nunggu, 1 dari 3 orang yang berdiri tadi adalah alumni dan dia juga sebenarnya biasa mengisi ta'lim. Ketua Rohis bilang, "Ya sudah, silahkan akang-akang aja yang menentukan siapa pegganti Kang Fery." Dan tentu saja cerita sudah bisa ditebak, dia (alumni) tawadhu alias ta-mau.

Setelah semua terkumpul, MC membuka acara.
"Teman-teman, mohon maaf pembicara yang kita rencanakan tidak bisa hadir, maka -mohon maaf- materinya diganti. Bila sebelumnya dalam undangan disebutkan kita akan nonton film......" Jujur, saya titik disitu. Nonton film? Jadi sebenarnya agenda hari ini bukan ta'lim?

".... saya lupa judulnya.." MC melanjutkan, "untuk selanjutnya saya serahkan kepada Kang Sofyan."

Berhasil!

Masih Kamis, 06 Maret 08

Shalat ashar baru jam 5 di masjid deket sekolah, mana baru sekali makan dan harus ke Bandung pula jemput istri (istri kuliah Rabu jam 4 sore dilanjutkan Kamis siang di Bandung, jadi biasa nginep di temennya). Tapi ya sudah. Dari Cikuda mobil sudah antri sampai Jatos (kira-kira 3-4 KM) trus lewat terminal Cilenyi, macet lagi sampai... Cibiru! Bunderan Cibiru ditutup sehingga jalur yang ke Caheum gak bisa dilewati. Dari arah Soekarno-Hatta sampai permpatan yang ditutup hingga mata memandang sejauh kaca spion, mobil berjejer seperti parkir saking tidak bergeraknya. Saya memutuskan via Soekarno Hatta dan di perempatan yang tembus ke Ujung Berung belok kanan.

Ujung Berung. Lancar sedikit.
Arcamanik. Lancar tersendat.
Cicaheum. Lancar macetnya.
Surapati. Lancar apaan? Angkot yang seenaknya ambil kiri mendadak tanpa sein, pejalan kaki yang nyebrang, kendaraan dari arah berlawanan yang -kadang- nyerobot jalur dan... mobil parkir yang mau jalan. Dengan lancar tukang parkir menyabotase jalan satu-satunya yang bisa kulalui.

Hari sudah gelap, saya bingung mau lewat mana mengingat kosan tempat istri numpang ada di pedalaman Monumen Rakyat. Masalahnya biasanya saya bareng istri jadi tinggal nunggu instruksi, masalahnya lagi, jalan masuk dan keluarnya beda. Istri yang hapal.Saya cuma ngebayangin jalan keluar, Jl Puter, karena biasanya saya shalat di Masjid Al Manar. Biasanya masuknya via Telkom.

Lalu ada mobil yang kesulitan belok kanan nun jauh disana. Ngebut, ngejar biar belok bareng soalnya kalo via Telkom harus terus ke perempatan Dago dulu. Dan... ternyata mobil belok ke Jalan Puter. Kirain tuh jalan samping Sindang Reret, tadinya mau masuk lewat sana. Ya sudah, walau pun sebenarnya gak hapal, terlanjur.

Sepanjang perjalanan saya berfikir, kalo langsung pulang bakal kejebak macet. Seharusnya pulangnya agak maleman, cuma kemana dulu dan ngapain dulu? Tapi lupakanlah tentang pulang larut. Intinya gak macet. Saya membayangkan titik-titik yang biasa macet pas saya lalui pulang nanti, lancar. Praktekin buku tadi ceritanya. Lalu, saya tiba di gang masuk rumah kost tempat istri berada. Masalahnya, lho kok dah nyampe sini? Tadi lewat mana ya? Tapi alhamdulillah, ini lebih baik. ***

Istri dah ngebonceng nih, saya mampir di Masjid Al Manar Jl. Puter untuk shalat maghrib jam 18.30. Selesai shalat tadinya mau langsung pulang. Cuma, laper. "Emang Aa ada uang?" tanya istri mengingatkan. Karena memang uang sudah habis cuma seingat saya masih ada Rp 5000 kembalian ngisi bensin . Saya memperogoh kantong dan terselip 20.000. Ada!

Di depan Al Manar ada lapangan yang dikelilingi pedagang makanan. Akhirnya di Jl. Puter itu kami muter-muter mencari makanan yang sesuai hingga tibalah di depan gerobak ayam goreng. Makan belum selesai dah adzan Isya lalu kami memutuskan salat dulu. Dipikir-pikir, mungkin ini jawaban pulang agak maleman? Ya kalo begini ceritanya emang gak bakalan macet separah tadi.

Selesai shalat kami pulang dan, lagi-lagi sudah ketebak, lancar. Hingga lampu merah Cicaheum, tersendat karena angkutan umum mengira jalan ini punya neneknya sehingga ngetem seijin engkongnya. Lewat itu lancar hingga rumah! Nah, di jalan saya keingetan kalo rambutan di rumah dah habis. Biasanya saya suka beli siang hari di pinggir jalan depan Gang Ciseke, kebetulan kenal dengan pedagangnya, dia orang Garut. Biasanya pedangan manapun yang saya temui selalu menggunakan mobil bak terbuka saat menjaja rambutan jadi saya membayangkan mobilnya terparkir di pinggir jalan dengan lampu petromaks yang khas.

Sampai melewati Pangkalan Damri (kira-kira 1 KM sebelum Gg. Ciseke) Jatinangor, gak ada tanda-tanda kehidupan di ujung sana. Memang, setahu saya dia gak jualan malem-malem. Saya ingat, di gerbang Unpad juga biasanya ada dengan mobil bak terbukanya. Dan saat melewati gerbang Unpad, ada mobil carry terparkir dengan pintu belakang terbuka penuh dengan rambutan. Lampu neon yang terang membuat saya tahu itu.

Masih Kamis juga, 06 Maret 08. Malam.

Tiba di rumah saya bahagia. Hari ini full The Secret. Ternyata saya tahu rahasianya kenapa walaupun dah nonton 4 kali filmnya, antara imajinasi yang jadi dan yang belum (sampai sekarang) banyakan yang belum terjadi. Ini masalah polesan terakhir. Bahagia dan... Pasrah.

Dan, satu lagi rahasia yang bikin saya ta'jub. Energi terbesar yang mampu memancarkan keinginan kita ke semesta hingga kembali lagi dalam bentuk wujud adalah saat jelang tidur, sepertiga malam, dan... do'a. So, saya qiyamullail lagi dan berdo'a dengan khusu' :-) Tapi ikhlas kok!

Semoga menginspirasi. Wallahu'alam.

Tidak ada komentar: